Kebiasaan ini berkaitan dengan prinsip dan nilai tentang pentingnya memenuhi kebutuhan nutrisi tubuh untuk mendukung kehidupan yang sehat, seimbang, dan bermakna. Gizi tidak hanya soal asupan makanan, tetapi juga tentang kesadaran terhadap apa yang kita makan, bagaimana makanan tersebut memengaruhi tubuh kita, serta dampaknya terhadap lingkungan dan komunitas. Hal ini mengajarkan bahwa pemenuhan nutrisi bukan hanya demi kesehatan fisik, tetapi juga demi keseimbangan mental, keberlanjutan lingkungan, dan kesejahteraan sosial. Nutrisi yang baik adalah fondasi bagi hidup yang lebih sehat, berdaya, dan bermakna, serta merupakan bentuk tanggung jawab terhadap diri sendiri, masyarakat, dan alam sekitar.
Pedoman makanan sehat dan bergizi dapat merujuk pada “isi piringku” dari Kemenkes. (Isi Piringku: Pedoman Makan Kekinian Orang Indonesia). Membiasakan anak makan makanan sehat dan bergizi penting dilakukan untuk
memastikan tumbuh kembang anak optimal dan membangun pola makan yang
baik hingga dewasa.
Namun, cara membiasakannya perlu pendekatan yang
menyenangkan, konsisten, dan penuh perhatian. Beberapa cara efektif yang
dapat dilakukan antara lain:
1) Orang tua/Wali menjadi teladan yang baik dalam hal kebiasaan makan sehat
dan bergizi sehingga anak akan mengikuti kebiasaan tersebut, seperti makan
bersama anak dan menunjukkan bahwa makanan sehat adalah pilihan yang
baik.
2) Orang tua/wali perlu menjelaskan manfaat makanan sehat, seperti sayur dan
buah untuk kesehatan tubuh, kekuatan otak, dan penampilan kulit.
3) Orang tua/Wali perlu mengenalkan berbagai jenis makanan sehat dan bergizi,
seperti sayuran, buah-buahan, biji-bijian, dan protein sehat, misalnya ikan, kacang-kacangan, dan telur.
4) Orang tua/wali dapat berdiskusi dengan anak untuk memilih menu masakan
yang akan dinikmati keluarga, kemudian mengajak berbelanja untuk memilih
sayur, buah, dan bahan makanan sehat lainnya, serta melibatkan dalam proses
memasak sederhana di dapur. Aktivitas ini dapat menumbuhkan rasa tanggung jawab terhadap makanan yang akan dikonsumsi.
5) Orang tua/wali dapat menyediakan pilihan makanan sehat yang bervariasi dengan nutrisi seimbang dan mengkreasikan tampilan makanan dengan menyusun sayur, buah, dan lauk pauk dengan cara yang kreatif. Variasi
makanan sangat penting agar anak tidak bosan dan tampilan yang menarik
dapat membuat mereka lebih bersemangat untuk mencobanya.
6) Orang tua/wali dapat mengurangi pembelian makanan cepat saji dan camilan
yang kurang sehat dengan makanan dan camilan yang bergizi, seperti potongan buah segar, yogurt, kacang-kacangan, atau minuman sehat. Jika anak
terbiasa makan makanan cepat saji atau makanan manis, batasi secara bertahap, bukan langsung. Misalnya, mulai dengan mengurangi frekuensi makan
makanan tersebut dan gantikan dengan pilihan yang lebih sehat.
7) Orang tua/Wali perlu memberikan makanan sehat dan bergizi dalam porsi
kecil dan menarik yang mudah dimakan, seperti potongan buah, sayur, atau
cemilan sehat agar anak tidak merasa tertekan untuk menghabiskan makanan.
8) Orang tua/Wali perlu memberikan pilihan makanan sehat yang dapat dipilih
sendiri untuk menghilangkan perasaan terpaksa dan mendorong anak untuk
memilih dengan sukarela. Misalnya, “Mau makan apel atau pisang hari ini?”
9) Orang tua/Wali perlu menyimpan makanan yang tidak sehat di tempat yang
sulit dijangkau anak. Misalnya makanan cepat saji yang rendah gizi dan tinggi
kalori (junk food), makanan atau minuman dalam kemasan (ultra processed
food). Pastikan rumah Anda lebih banyak menyediakan makanan yang bergizi.
10) Orang tua/Wali perlu memastikan anak minum air putih yang cukup dan
menghindari untuk memberikan minuman manis atau soda.
11) Orang tua/Wali perlu memberi pujian atau penghargaan sederhana ketika
anak makan makanan sehat dengan baik. Pujian ini akan memperkuat perilaku
positif anak dan meningkatkan motivasi anak untuk terus makan makanan
sehat
0 Comments