 |
| Kegiatan Kokurikuler di SMKN 1 Bukateja |
Kokurikuler dalam pembelajaran mendalam adalah kegiatan penguatan dan pendalaman materi yang dilakukan di luar jam pelajaran intrakurikuler untuk mengembangkan karakter dan kompetensi siswa secara utuh. Kegiatan ini dirancang untuk memperkaya pemahaman siswa melalui berbagai kegiatan seperti studi lapangan, proyek riset, atau kegiatan seni budaya, dan memberikan pengalaman belajar yang lebih konkret serta bermakna di kehidupan nyata.
Kegiatan ko-kurikuler mampu mendukung pembudayaan deep learning melalui keterlibatan aktif siswa dalam proses belajar yang kontekstual, reflektif, dan bermakna. Temuan ini selaras dengan pandangan Bahgat et al. (2017)yang menekankan pentingnya transformasi peran guru dalam menciptakan pengalaman belajar aktif dan mendalam melalui kerangka FIRST (Feedback, Interactivity, Reflection, Support, and Transfer). Dalam kegiatan ko-kurikuler, guru tidak hanya berperan sebagai penyampai materi,tetapi sebagai fasilitator yang mendorong siswa untuk berpikir kritis, memecahkan masalah, dan
mengaitkan pembelajaran dengan kehidupan nyata. Hal ini juga diperkuat oleh Jiang (2022),yang menekankan bahwa deep learning memerlukan keterlibatan kognitif yang tinggi dan kemampuan untuk menerapkan pengetahuan secara fleksibel dalam berbagai konteks. Kegiatan ko-kurikuler di SMKN 1 Bukateja memberikan ruang bagi siswa untuk mengembangkan keterampilan ini melalui pendekatan pembelajaran yang otentik dan kolaboratif.
Indikator mind, meaning, dan joy yang muncul dalam kegiatan ko-kurikuler juga
memperkuat pembelajaran yang menyeluruh secara kognitif, afektif, dan sosial. Hal ini sejalan
dengan konsep deep meaningful learning yang dijelaskan oleh Mystakidis (2021), yang
menekankan pentingnya keterkaitan antara pengetahuan, emosi, dan pengalaman dalam
menciptakan pemahaman yang mendalam. Selain itu, kegiatan yang memunculkan antusiasme
dan kepuasan belajar, seperti seni tari dan eksperimen dalam klub sains, sesuai dengan prinsip
joyful learning yang dikaitkan dengan teori psikologi positif (Biswas-Diener & Dean, 2007). Aspek
mindfulness yang tampak dalam refleksi diri siswa selama kegiatan pramuka dan diskusi ilmiah
juga mendukung temuan Shapiro et al. (2006) serta Brown et al. (2007), yang menunjukkan
bahwa keterlibatan sadar dalam proses belajar berdampak positif terhadap pemahaman dan
kesejahteraan siswa. Dengan demikian, hasil penelitian ini memperkuat temuan Nabila et al.
(2025) bahwa pendekatan deep learning dalam pembelajaran sains di sekolah tidak hanya
meningkatkan pemahaman konsep, tetapi juga menumbuhkan sikap aktif, kreatif, dan reflektif
pada peserta didik.
Tantangan :
|
Tantangan
|
Deskripsi
|
Solusi
|
|
1. Keterbatasan sumber daya dan fasilitas
|
Keterbatasan waktu, fasilitas, dan ruang yang memadai untuk
melaksanakan kegiatan kokurikuler secara optimal.
|
Peningkatan pelatihan berkelanjutan untuk guru terkait integrasi deep
learning dalam kegiatan kokurikuler.
|
|
2. Kurangnya pelatihan guru dalam deep learning
|
Guru kurang siap dalam mengintegrasikan deep learning dalam setiap
kegiatan kokurikuler
|
Memberikan pelatihan berkelanjutan yang lebih terstruktur tentang
pembudayaan deep learning dalam kegiatan kokurikuler.
|
|
3. Kesulitan
siswa dalam mengaitkan kegiatan kokurikuler dengan pembelajaran mendalam
|
Siswa sering kali lebih fokus pada pencapaian tujuan sesaat tanpa
mengaitkan dengan pembelajaran mendalam
|
Pengelolaan kegiatan kokurikuler yang lebih terstruktur dan berbasis
refleksi, serta penguatan hubungan teori dengan pengalaman nyata.
|
|
4. Resistensi
terhadap perubahan metode pembelajaran
|
Guru dan orang tua masih merasa ragu terhadap efektivitas metode deep
learning dalam pendidikan dasar.
|
Meningkatkan kesadaran dan pemahaman orang tua serta guru tentang
manfaat deep learning melalui komunikasi dan sosialisasi yang lebih intens.
|
Perlunya peningkatan pada pelaksanaan kokurikuler ini perlu ada seperti peningkatan pelatihan guru dan
pengelolaan kegiatan kokurikuler yang lebih terstruktur, juga mencerminkan hasil penelitian Misalnya, Hendrianty et al. (2024) menyarankan pentingnya pengembangan pola
pikir deep learning di kalangan guru untuk menciptakan pembelajaran yang efektif.
Demikian
pula, Kemendikbud RI (2016) menggarisbawahi pentingnya integrasi kompetensi abad ke-21
dalam kurikulum, yang juga tercermin dalam usulan penelitian ini untuk memperkuat kesadaran
di kalangan orang tua dan pihak sekolah mengenai pentingnya deep learning dalam
pembelajaran. Dengan demikian, penelitian ini memperkuat literatur yang ada mengenai
perlunya perubahan dalam pendekatan pembelajaran untuk menghadapi tantangan global yang
semakin kompleks.
0 Comments