Kurikulum Skansika

Bapak/ Ibu dapat mengakses berkatan dengan: Struktur Kurikulum, Agenda Kegiatan, Kalender Pendidikan, Pembagian Waktu KBM, Jadwal Blok dan lain sebagainya

Sarastiana,MBA

Waka kurikulum

Yiyit Rastowo

Perencanaan dan TEFA

Prihatin Puji R.

Supervisi dan Penilaian

Innar Sholata

Perencanaan dan TEFA

Sri Nurhidayati

Penilaian

Dian Pramukti

Admin Penilaian

Nurhabib Umar

PBM Penilaian

"Jangan Sok Sotoy!" Curhat Guru Milenial yang Belajar dari Muridnya Sendiri

Jadi guru itu pekerjaan mulia. Kita tahu itu. Kerja setengah mati, tapi tetap semangat karena panggilan hati. Kata orang, guru itu harus dihormati dan ditakuti. Nah, saya, Pak Ali, punya satu "senjata andalan" buat mewujudkan itu: Nasihat. Kalau ada murid yang salah sedikit, jurus petuah sakti mandraguna langsung keluar: "Nak, kamu tuh harusnya begini... Harusnya begitu..." Pokoknya, saya ini seperti AI atau Google Chrome versi manusia, selalu siap buka tab baru untuk kasih wejangan. Wajah murid? Datar, flat, tanpa ekspresi. 
Anehnya, setiap kali saya kasih nasihat, wajah murid-murid saya itu berubah kayak pengguna Wi-Fi gratisan yang sinyalnya lemah. Masuk telinga kanan, keluar telinga kiri, dan entah kenapa, berhenti di wajah datar tanpa dosa. 
JLEB! Sakitnya Tuh di Sini
Sampai suatu hari, saya baca tulisan refleksi dari murid. Isinya? 
"Pak Ali itu sotoy, sok ngebandingin, sok nge-judge." 
"Pak Ali enggak tahu aku siapa." 
"Ngapain dengerin dia, dia enggak ngerasain jadi aku!" JLEB! 
Sakitnya tuh di sini, kayak disuruh jalan jongkok 100 meter, atau keliling lapangan di hari Jumat terus habis itu dapat bagian nyapu. 
Ternyata benar, anak-anak remaja itu merasa mereka tahu segalanya, dan kita, guru-guru ini, cuma pengganggu sinyal otaknya. Pencerahan dari Bu Novi: Jangan Nasihat, Tapi Tanya! Di tengah keputusasaan saya, muncullah pencerahan dari Bu Novi, Co-Founder Gerakan Sekolah Menyenangkan (GSM). Beliau bilang, "Pak, Bu, jangan kasih nasihat. Banyakin dialog dengan anak-anak. Ajukan pertanyaan terbuka." Wah, saya sempat mikir: "Lho, pertanyaan? 
Bukannya itu tugas murid dengerin nasihat guru?" Ternyata bukan. Kata Bu Novi, otak remaja itu belum sepenuhnya berkembang. Yang berkembang justru sistem limbiknya. Itu lho, bagian yang bikin mereka jadi makhluk pencari kesenangan instan. Makan ciki jam 7 pagi? Gasss. Main HP pas jam pelajaran? Aman. Tugas belum selesai tapi sempat nonton anime 18 episode? Kuat! Sementara itu, prefrontal korteks – bagian otak yang mengatur logika, kontrol diri, dan masa depan – masih loading. 
Makanya, waktu kita kasih nasihat model: "Kalau kamu enggak belajar sekarang, masa depanmu suram! Mau jadi apa kamu!" Anak remaja itu merespons dalam hati: "Masa depan? Itu yang minggu depan apa habis istirahat, Pak?" Tapi... ketika kita tanya hal terbuka, kayak: "Menurutmu, kenapa tugas itu penting diselesaikan?" atau "Kalau kamu ulang lagi kejadian hari ini, bagian mana yang kamu ubah?" Mereka langsung diam. Mikir. Refleksi. Karena bagian otak yang selama ini nganggur, ya... prefrontal korteks itu, akhirnya dapat kerjaan! 
Perubahan Kultural: Gak Perlu Nunggu Juknis! Makanya, di GSM, kami diajarkan untuk berdialog lewat metode deep intro, circle time, dan refleksi seperti contoh metode mawar berduri. Karena kami percaya: perubahan kultural di dunia pendidikan itu lebih efektif daripada perubahan struktural. Enggak perlu nunggu juknis, diklat, atau SK kepala dinas. Kita bisa mulai dari sekarang, dari diri sendiri. Dan ya... Saya, Pak Ali si tukang nasihat itu, mulai sadar: 
Ternyata niat baik saja enggak cukup. Harus pakai cara yang baik juga. Karena sehebat apapun niat kita, kalau disampaikan dengan cara yang bikin anak tutup telinga, ya percuma. Jadi mulai sekarang, saya belajar lebih banyak nanya... daripada nge-ceramah. Dan mungkin, ini pertanyaan pertama saya untuk murid-murid saya: "Kalau kamu yang jadi guru, kamu pengennya didengar atau didialogi?" Mau coba? Yuk, kita banyakin dialog, kurangi ceramah. Siapa tahu murid-murid kita mulai bilang: "Pak Ali sekarang enggak sotoy lagi... sekarang beliau sotoy plus bijak." 
Sumber : WA Grup GSM Kab.Purbalingga
Bapak Ibu Guru Bijak! #kembalimendidikmanusia #gurumeraki #gerakansekolahmenyenangkan

0 Comments