Selama ini kita memaknai prestasi adalah sesuatu yang dipandang sebagai pencapaian yg terukur. Seorang siswa berprestasi jika rangking 1, menjuari LS2N, LKS dan juara lomba yang lain. Guru berprestasi guru yang sering mendapat kejuaraan, jadi pemenang lomba guru; tingkat nasional, tingkat regional atau tingkat kabupaten. Hasilnya berupa piala, medali, atau piagam penghargaan.
Ada anak kita yg begitu sering naik podium hingga dijuluki "pemburu piala". Ada guru yang sering mengikuti kejuaraan, lomba-lomba tingkat nasional atau regional disebut sebagai guru berprestasi atau guru inovasi.
Namun, mari kita renungkan: apakah semua anak didik kita memiliki kesempatan yang sama untuk itu? Apakah guru memiliki kesempatan yang sama untuk itu? Dan apakah piala/medali adalah satu-satunya cara untuk mengukur keberhasilan seorang anak?
Faktanya, tidak semua anak didik kita dilahirkan untuk berlomba atau menorehkan namanya di panggung kompetisi. Tapi itu tidak membuat mereka kurang berarti. Prestasi sejati melampaui sekadar piala dilemari atau piagam di dinding.
Prestasi sejati terletak pd kebermaknaan dan kebermanfaatan ilmu yg telah mereka pelajari.
Ketika seorang anak didik kita yg dianggap biasa saja mampu membantu temannya memahami pelajaran, itulah prestasi. Ketika siswa menggunakan ilmunya untuk menyelesaikan masalah di rumah atau komunitasnya, itu adalah pencapaian besar. Bahkan saat mereka menginspirasi orang lain dengan keberanian untuk mencoba, belajar, dan tidak menyerah, mereka telah menjadi bintang tanpa panggung.
Ilmu yg bermanfaat adalah bentuk prestasi yg tak lekang oleh waktu. Ilmu itu akan menumbuhkan keberanian untuk bermimpi, menciptakan solusi, dan membagikan kebaikan kepada sesama. Anak didik kita tidak perlu menjadi pemburu piala untuk bisa berprestasi; mereka hanya perlu menjadi pembawa manfaat dimanapun untuk siapapun dan apa pun bentuknya.
Sebagai guru, tugas kita adalah menanamkan pemahaman ini: bahwa prestasi bukan tentang apa yg bisa dipamerkan, melainkan apa yg bisa dirasakan oleh orang lain dari keberadaan mereka. Prestasi terbesar adalah saat ilmu yg mereka miliki mampu mengubah kehidupan—baik kehidupan mereka sendiri maupun kehidupan orang² di sekitar atau komunitas mereka.
Prestasi sejati tidak mengenal podium, karena dampaknya adalah warisan abadi yg akan terus hidup di hati dan kehidupan orang lain.
0 Comments