Kurikulum Skansika

Bapak/ Ibu dapat mengakses berkatan dengan: Struktur Kurikulum, Agenda Kegiatan, Kalender Pendidikan, Pembagian Waktu KBM, Jadwal Blok dan lain sebagainya

Sarastiana,MBA

Waka kurikulum

Lihat

Yiyit Rastowo

Perencanaan dan TEFA

Lihat

Prihatin Puji R.

Supervisi dan Penilaian

Lihat

Innar Sholata

Perencanaan dan TEFA

Lihat

Sri Nurhidayati

Penilaian

Lihat

Dian Pramukti

Admin Penilaian

Lihat

Nurhabib Umar

PBM Penilaian

Lihat

Motivasi Belajar Siswa adalah Cerminan Motivasi Mengajar Guru

Mengawali minggu pertama di semester genap ini alhamdulillah berjalan dengan lancar. Meskipun banyak ketidakpuasan terkait dengan jadwal dan lain-lain. Minggu pertama pada semester ini telah/sudah bergulir.  ada hal yg mengusik. Sebagai pendidik, sering mengalami masa di mana motivasi mengajar terasa hilang. Ketika masuk kelas, hanya sekadar hadir secara fisik tanpa benar-benar hadir secara utuh. Pikiran melayang kemana-mana, ke tempat lain, hati saya tidak sepenuhnya terlibat, dan energi tidak menyentuh pribadi anak didik di kelas. Sepertinya di kelas hanya menemui wajah-wajah murung, energi belajar yg rendah, dan suasana yg kurang bersemangat.
Akhirnya, Guru malah cenderung menyalahkan mereka: “Anak-anak setelah libur 2 minggu sepertinya kurang ya, mana semangat untuk belajar kembali? sekarang memang malas belajar,” atau bahkan terlintas pikiran bahwa mungkin mereka perlu “dipaksa” seperti lewat Ujian Nasional agar motivasi belajarnya naik. 
Pada sisi lain, bukankah motivasi belajar siswa adalah cerminan dari motivasi mengajar guru? Jadi ketika guru masuk kelas dengn ogah-ogahan, (saya melihat beberapa postingan teman-teman yg memperlihatkan kelas dibiarkan bebas meski jam masuk belajar sudah mulai, atau guru-guru yg masih sibuk menyibukan diri ke hal-hal yg nggak jelas, sedang anak-anak sudah menunggu kehadiranya di kelas) pun energi yg dipancarkan pun lemah, dan hal itu dengan cepat menular kepada anak-anak kita. 

Dimungkinkan masalah sebenarnya bukanlah mereka (anak didik), melainkan diri kita sebagai guru. Guru tidak hadir utuh di kelas, bukan hanya fisik, tetapi juga hati, pikiran, dan energi. Hasil penelitian pun menguatkan kesadaran ini. Sebuah studi psikologi menunjukkan bahwa emosi dan energi seseorang dapat menular kepada orang di sekitarnya, sebuah fenomena yg dikenal sebagai emotional contagion. Ketika guru masuk kelas dengn semangat, percaya diri, dan penuh cinta, energi itu akan memengaruhi anak didik. Sebaliknya, ketika kita masuk dengn energi negatif, anak-anak kitapun akan merasakan hal yg sama. 
Energi kita sebagai pendidik bukan hanya tentang mengajarkan konten materi, tetapi juga tentang mentransfer energi semangat, optimisme, dan kehangatan kepada anak didik kita. Melihat bahwa perjumpaan dengan anak didik kita seharusnya adalah momen yg dirindukan, momen yg kita tunggu-tunggu. Ketika kita benar-benar hadir di kelas (bukan sekadar fisik), tetapi dengan hati & pikiran yg fokus, maka ada keajaiban yg terjadi. Anak-anak mulai merespons, mata mereka berbinar, dan suasana kelas berubah menjadi penuh kehidupan. 
Mereka belajar bukan karena takut hukuman atau ujian, tetapi karena terinspirasi oleh energi yg kita pancarkan. Namun, sebaliknya, ketidakhadiran kita secara utuh di kelas dapat berdampak serius. Ketika anak kita merasa tidak diperhatikan/tidak dihargai keberadaanya, motivasi belajar mereka menurun, dan lingkungan kelas menjadi rawan konflik, bahkan bullying. Tidak hadirnya energi kita sebagai guru dapat menciptakan kekosongan yg diisi oleh dinamika negatif di antara anak didik kita. 
Bukan sekadar menyalahkan siswa atau mencari obat eksternal yg jauh dari obat sebanarnya, atau pembenaran, tetapi melihat ke dalam diri kita sendiri. Sebagai pendidik, kita perlu kembali ke tujuan utama kita: mendidik bukan hanya untuk mengisi otak anak didik kita dengan konten materi, tetapi juga untuk mengisi hati mereka dengan energi positif, keyakinan, dan semangat hidup. 
Refleksi akhir pekan pertama di semester genap ini menjadi pengingat bagi kita semua para guru. Jika kita ingin motivasi belajar anak didik kita meningkat, kita perlu memulainya dari diri sendiri. Hadir utuh di kelas (secara fisik, mental, dan emosional) adalah langkah pertama untuk menciptakan suasana belajar yg penuh semangat & bermakna. Sebab, pada akhirnya, energi kita adalah api yg dapat menyalakan obor semangat/motivasi belajar mereka. Menjadikan pembelajaran menjadikan setiap perjumpaan di kelas sebagai momen untuk mengisi, bukan hanya materi pelajaran, tetapi juga energi kehidupan di dalam diri setiap anak didik kita. 

Dari Grup WA GSM Kab. Purbalingga
#kembalimendidikmanusia#gurumeraki#mulaidarikelasberdampakuntukindonesia #gerakansekolahmenyenangkan

0 Comments