Bapak ibu, kadang sebagai guru merasa begitu letih menghadapi kenyataan anak-anak yang tampak kehilangan semangat belajar. Para Rekan guru juga sering mendengar keluhan teman² guru tentang generasi rebahan, anak² yg lebih sibuk dengan ponsel daripada pelajaran. Wajar sih, jika hati kita gundah & ingin segera mengubah mereka (yang nggak wajar nggak merasa resah), bahkan lebih jauh kita punya pemikiran ingin mengubah masyarakat dan dunia di sekitar anak didik kita.
Namun, dalam perjalanan ini, saya lupa bahwa mungkin masalahnya bukan ada pada anak² sepenuhnya. Saya lupa bahwa sebelum saya mengubah mereka, mungkin yg harus saya ubah terlebih dahulu adalah diri saya sendiri.
Bagaimana jika saya melihat anak² ini dengan perspektif baru? Bukan sebagai generasi yg malas, tetapi sebagai generasi yg sedang mencari arah, yg haus akan keteladanan dan inspirasi, tetapi mungkin tak tahu bagaimana menemukannya.
Bagaimana jika pendekatan saya yg harus berubah? Alih² hanya memberi tahu mereka apa yang benar, saya coba belajar mendengarkan apa yg mereka butuhkan. Bagaimana jika cara saya berkomunikasi yg perlu diperbaiki—lebih hangat, lebih membumi, lebih memahami dunia mereka?
Bahkan metode mengajar saya yang monoton, apakah masih relevan dengan zaman mereka? Mungkin bukan mereka yang kehilangan motivasi, tetapi sayalah yang perlu menghadirkan pembelajaran yg lebih hidup, bermakna, dan sesuai dengan cara mereka melihat dunia.
Solusinya ternyata tidak jauh. Ia tidak berada di luar, tetapi begitu dekat, dalam diri saya sendiri. Ketika saya berani merubah diri, memperbaiki cara pandang, pendekatan, dan metode, di situlah saya melihat mereka mulai berubah. Sebab sejatinya, perubahan besar sering kali dimulai dari langkah kecil yang kita ambil dari dalam hati kita sendiri.
#gurumeraki
#kembalimend
0 Comments