Kurikulum Skansika

Bapak/ Ibu dapat mengakses berkatan dengan: Struktur Kurikulum, Agenda Kegiatan, Kalender Pendidikan, Pembagian Waktu KBM, Jadwal Blok dan lain sebagainya

Sarastiana,MBA

Waka kurikulum

Lihat

Yiyit Rastowo

Perencanaan dan TEFA

Lihat

Prihatin Puji R.

Supervisi dan Penilaian

Lihat

Innar Sholata

Perencanaan dan TEFA

Lihat

Sri Nurhidayati

Penilaian

Lihat

Dian Pramukti

Admin Penilaian

Lihat

Nurhabib Umar

PBM Penilaian

Lihat

Dua Kebijakan Yang Bertolak Belakang?

Kebijakan deep learning dan Ujian Nasional (UN) yang direncanakan oleh Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah mencerminkan pendekatan yang saling bertolak belakang dlm mencapai tujuan pendidikan. Dari sisi filosofis, deep learning didasarkan pada pandangan konstruktivisme, yang menekankan pentingnya pembelajaran bermakna, keterlibatan aktif siswa, dan pengembangan keterampilan berpikir kritis serta analitis. 
Sebaliknya, UN (ujian nasional) berpijak pada prinsip behaviorisme yang fokus pada evaluasi hasil belajar melalui tes standar yang seragam. Perbedaan ini saya pikir akan menciptakan kontradiksi mendasar: sementara deep learning bertujuan membangun siswa yang berpikir mendalam & mampu memecahkan masalah kompleks, UN hanya mengukur kemampuan kognitif secara dangkal, tanpa mempertimbangkan keunikan siswa atau proses pembelajaran itu sendiri. 
Penerapan UN dan Deep Learning dari berbagai referensi adalah kebijakan yang sulit untuk berjalan secara harmonis. Studi oleh OECD dalam Program for International Student Assessment (PISA) menunjukkan bahwa siswa yang terpapar pembelajaran kontekstual dan mendalam memiliki kemampuan lebih baik dalam memecahkan masalah nyata. Sebaliknya, penelitian oleh Komnas Pendidikan (2019) menunjukkan bahwa UN sering kali menjadi sumber stres bagi siswa dan guru, dengan fokus pada hasil akhir yg tidak mencerminkan kemampuan holistik siswa. 
Selain itu ada penelitian Harvard Graduate School of Education (2016) mengungkapkan bahwa tes berbasis standar gagal mengukur keterampilan abad ke-21 seperti kreativitas, kolaborasi, dan pemikiran kritis (4c) bahkan sekarang (6c). Dengan perbedaan mendasar ini, kebijakan yg mendukung pembelajaran mendalam akan sulit terwujud jika UN tetp diberlakukan dlm format tradisionalnya. Oleh karena itu, diperlukan pemikiran evaluasi nasional yg selaras dgn prinsip-prinsip deep learning, seperti penerapan asesmen berbasis proyek, portofolio, atau tugas yg melibatkan penyelesaian masalah nyata. 
Hanya dengan kebijakan yg saling melengkapi, pendidikan Indonesia dapat bergerak menuju transformasi yg lebih holistik, relevan, dan berorientasi pd pengembangan siswa sebagai pembelajar sepanjang hayat. Pemikiran sederhana ini bukan hanya solusi pragmatis, tetapi juga langkah untk menciptakan ekosistem pendidikan yg memberdayakan & relevan degan tantangan masa depan.

#gurumeraki #kembalimendidikmanusia

0 Comments