Kurikulum Skansika

Bapak/ Ibu dapat mengakses berkatan dengan: Struktur Kurikulum, Agenda Kegiatan, Kalender Pendidikan, Pembagian Waktu KBM, Jadwal Blok dan lain sebagainya

Sarastiana,MBA

Waka kurikulum

Lihat

Yiyit Rastowo

Perencanaan dan TEFA

Lihat

Prihatin Puji R.

Supervisi dan Penilaian

Lihat

Innar Sholata

Perencanaan dan TEFA

Lihat

Sri Nurhidayati

Penilaian

Lihat

Dian Pramukti

Admin Penilaian

Lihat

Nurhabib Umar

PBM Penilaian

Lihat

Pentingnya Narasi Pendidikan (Catatan kecil menjelang akhir tahun 2024)

Negara kita merdeka bukan hanya karena perjuangan fisik, tetapi juga karena kekuatan narasi yg digemakan oleh para bapak bangsa. Bung Karno dengan "Indonesia Mengguncang Dunia," Bung Hatta dengan "Kemerdekaan untuk Kesejahteraan," dan Sutan Sjahrir dengan "Kemerdekaan dan Kemanusiaan" menunjukkan bahwa perjuangan bukn semata melawan penjajahan, tetapi menciptakan identitas sebagai bangsa yg merdeka & bermartabat. 
Perhelatan Ngobras Ngkaji pendidikan yang baru usai minggu kemarin ada satu kata yang merujuk pada sebuah penguatan pemahaman yaitu kearifan lokal . Di daerah², local wisdom seperti gotong royong, sasi di Maluku, subak di Bali, hingga nilai kearifan gunung di tanah Sunda, semua tumbuh dari narasi yg diwariskan lintas generasi. Narasi itulah yang menjaga harmoni sosial, keberlanjutan alam, dan kekayaan budaya kita. Jika narasi ini pudar, maka akar dari kearifan lokal kita pun ikut tergerus. Namun, bagaimana dengn dunia pendidikan kita? 
Pendidikan sejatinya adalah medan utama untulk menanamkan & mewariskan narasi² besar bangsa. Sayangnya, kita sering mendapati bahwa narasi dalm pendidikan kita lebih banyak berganti istilah & format ketimbang benar² membumi. Kurikulum berganti 12 kali, hingga terkahir Kurikulum Merdeka, membawa narasi besar, tetapi mengapa ia terasa jauh dari realitas? Narasi "Merdeka Belajar" adalah salah satu gagasan yang luar biasa. Ia mengandung spirit kemerdekaan, kemandirian, dan independen berpikir. Namun, apakah nilai² ini benar² terinternalisasi dalam setiap guru, siswa, dan sekolah? Atau, justru masih terperangkap dalam jerat feodalisme, birokrasi kaku, dan eksekusi yg manipulatif? Berapa banyak program hanya menjadi formalitas demi menyerap anggaran tanpa substansi yg menyentuh hati & pikiran para pelaku pendidikan? 
Narasi pendidikan tidak boleh berhenti pada slogan / kebijakan. Ia harus menjadi darah yg mengalir dalm pembelajaran, menjadi fondasi yg membentuk karakter siswa, dan menjadi visi bersama untuk membangun peradaban. Karena pendidikan adalah penyangga peradaban. Guru, sebagai pewaris misi para nabi, memikul tanggung jawab besar untuk menjaga narasi itu tetap hidup, tetap relevan, dan tetap kuat. Hari ini, mari kita merenungkan: 
  • Seberapa kuat narasi pendidikan yang kita bawa? 
  • Apakah ia hanya sekadar formalitas, ataukah benar² menjadi akar yg menumbuhkan kebijaksanaan? 
  • Apakah kita telah bebas dari feodalisme kapitalism dan manipulasi, ataukah kita hanya berganti nama tanpa makna? 
Karena pada akhirnya, peradaban bangsa ini tidak akan dibangun oleh anggaran besar atau program² megah. Ia akan dibangun oleh narasi besar yg dihidupi dengn sungguh², yg ditanamkan dalam setiap guru, siswa, dan sekolah. Narasi inilah yg akan membawa bangsa ini ke peradaban yang lebih tinggi, peradaban yg benar² merdeka, mandiri, dan bermartabat. 
Referensi disadur dari Grup WA GSM Purbalingga.
 #gurumeraki #kesempatansetara #kembalimendidikmanusia #gerakansekolahmenyenangkan

0 Comments